INSTITUT Riset Nasional Astronomi dan Geofisika di Mesir mengumumkan pada hari pertama puasa tahun ini, yang ditetapkan pada Sabtu pekan ini, akan menyaksikan sesuatu yang unik.
Hal unik itu bakal terjadi di Masjidil Haram, khususnya di Ka'bah.
Menurut laporan lembaga itu, pada jam 12.18 siang waktu Makkah, ketika dilaksanakannya shalat Dzuhur, matahari akan berada lurus dan tegak di atas Ka'bah. Seperti dilapor laman utaranews.
Laporan itu juga menyebutkan, bayangan Ka'bah pada waktu itu akan hilang.
Masih dari laporan lembaga itu, arah matahari dari semua titik di dunia akan terkonsentrasi tepat ke kiblat, yakni arah di mana umat Islam berdoa menghadap Ka'bah.
Institut itu yang telah melakukan penelitian terhadap aktivitas matahari dalam pernyataan di situs Twitternya mengatakan, sudut ketinggian matahari tatkala shalat Dzuhur adalah 89.93 derajat di atas Ka'bah, hanya 0.07 persen kurang dari 100 persen vertikal pada 90 derajat.
Fenomena ini terjadi dua kali setahun. Pertama pada 27 Mei dan kedua pada 15 Juli.
Namun, yang menarik fenomena kali ini adalah terjadi bertepatan dengan shalat Dzuhur hari pertama di bulan Ramadan.
Awal Puasa dan Lebaran Idul Fitri 2017 Kemungkinan Besar Seragam
Perbedaan awal bulan Ramadhan, hari raya Idul Fitri, dan Idul Adha kerap terjadi di Indonesia.
Bagaimana dengan tahun ini? Mungkinkah perbedaan itu akan terjadi?
Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, mengatakan bahwa pada tahun 2017 hingga 2012, awal bulan Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha kemungkinan besar akan sama.
Posisi bulan di langit saat awal bulan komariah pada tahun tersebut cukup mendukung keseragaman hari-hari penting bagi umat muslim.
"Sampai tahun 2021, posisi bulan di luar 0-2 derajat. Jadi, ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha akan sama," kata Thomas saat dihubungi Kompas.com, Senin (22/5/2017).
Selama ini, ada dua cara penetapan awal puasa dan lebaran.
Cara pertama adalah perhitungan astronomis saja dan cara kedua disertai pengamatan secara langsung.
Ada dua syarat sehingga hilal - bulan sabit sangat tipis penanda awal bulan komariah - dinyatakan sah dan bisa jadi tanda awal bulan.
Pertama, hilal harus cukup tebal dan menonjol di tengah cahaya senja.
Kedua, hilal harus cukup tinggi sehingga cahayanya tidak pudar oleh pengaruh matahari senja.
"Selama ini perbedaan muncul karena posisi bulan antara 0 - 2 derajat sehingga tidak bisa teramati secara langsung perhitungan astronomis sudah menunjukkan hilal tampak," ungkap Thomas.
Menurut Thomas, pada awal Ramadhan 2017, posisi bulan diperkirakan sudah pada ketinggian 7 - 8 derajat dari ufuk sehingga akan mudah terlihat. Sementara, saat Lebaran, ketinggian diprediksi 2-3 derajat.
Keseragaman awal puasa dan lebaran selama ini hanya "kebetulan", atas dukungan langit. Upaya menyeragamkan kriteria hilal masih perlu dilakukan.
Hal unik itu bakal terjadi di Masjidil Haram, khususnya di Ka'bah.
Menurut laporan lembaga itu, pada jam 12.18 siang waktu Makkah, ketika dilaksanakannya shalat Dzuhur, matahari akan berada lurus dan tegak di atas Ka'bah. Seperti dilapor laman utaranews.
Laporan itu juga menyebutkan, bayangan Ka'bah pada waktu itu akan hilang.
Masih dari laporan lembaga itu, arah matahari dari semua titik di dunia akan terkonsentrasi tepat ke kiblat, yakni arah di mana umat Islam berdoa menghadap Ka'bah.
Institut itu yang telah melakukan penelitian terhadap aktivitas matahari dalam pernyataan di situs Twitternya mengatakan, sudut ketinggian matahari tatkala shalat Dzuhur adalah 89.93 derajat di atas Ka'bah, hanya 0.07 persen kurang dari 100 persen vertikal pada 90 derajat.
Fenomena ini terjadi dua kali setahun. Pertama pada 27 Mei dan kedua pada 15 Juli.
Namun, yang menarik fenomena kali ini adalah terjadi bertepatan dengan shalat Dzuhur hari pertama di bulan Ramadan.
Awal Puasa dan Lebaran Idul Fitri 2017 Kemungkinan Besar Seragam
Perbedaan awal bulan Ramadhan, hari raya Idul Fitri, dan Idul Adha kerap terjadi di Indonesia.
Bagaimana dengan tahun ini? Mungkinkah perbedaan itu akan terjadi?
Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, mengatakan bahwa pada tahun 2017 hingga 2012, awal bulan Ramadhan, Idul Fitri dan Idul Adha kemungkinan besar akan sama.
Posisi bulan di langit saat awal bulan komariah pada tahun tersebut cukup mendukung keseragaman hari-hari penting bagi umat muslim.
"Sampai tahun 2021, posisi bulan di luar 0-2 derajat. Jadi, ramadhan, Idul Fitri, dan Idul Adha akan sama," kata Thomas saat dihubungi Kompas.com, Senin (22/5/2017).
Selama ini, ada dua cara penetapan awal puasa dan lebaran.
Cara pertama adalah perhitungan astronomis saja dan cara kedua disertai pengamatan secara langsung.
Ada dua syarat sehingga hilal - bulan sabit sangat tipis penanda awal bulan komariah - dinyatakan sah dan bisa jadi tanda awal bulan.
Pertama, hilal harus cukup tebal dan menonjol di tengah cahaya senja.
Kedua, hilal harus cukup tinggi sehingga cahayanya tidak pudar oleh pengaruh matahari senja.
"Selama ini perbedaan muncul karena posisi bulan antara 0 - 2 derajat sehingga tidak bisa teramati secara langsung perhitungan astronomis sudah menunjukkan hilal tampak," ungkap Thomas.
Menurut Thomas, pada awal Ramadhan 2017, posisi bulan diperkirakan sudah pada ketinggian 7 - 8 derajat dari ufuk sehingga akan mudah terlihat. Sementara, saat Lebaran, ketinggian diprediksi 2-3 derajat.
Keseragaman awal puasa dan lebaran selama ini hanya "kebetulan", atas dukungan langit. Upaya menyeragamkan kriteria hilal masih perlu dilakukan.
loading...
0 Response to "Subahanalloh,Pada 1 Ramadhan 2017 Terjadi Fenomena Menakjubkan Ini Di Makkah"
Posting Komentar