Tentang Islami - Sahabat tentang islami,sebagai orang normal, saya ingin bertanya, apa yang kalian rasakan jika melihat karangan bunga selamat ulang tahun, ucapan pernikahan atau ucapan pelantikan sebuah jabatan? Jika kalian juga normal, maka kalian akan merasa senang dan gembira. Kemudian, apa perasaan kalian jika melihat karangan bunga berduka cita karena kematian seorang keluarga? Yap, sedih dan ikut berbelasungkawa.
Inilah reaksi-reaksi orang normal. Jadi ketika ada sekelompok orang membakar karangan bunga di tengah kota, saya bisa memastikan bahwa mereka adalah orang-orang sinting, gila atau sakit jiwa. Sebab apa? Orang normal tidak melakukan itu. Sepanjang sejarah peradaban manusia, baru kali ini ada orang yang kalau lihat karangan bunga jadi emosi, lalu membakarnya.
Saya melihat ini penyakit yang sangat serius. Asli, ini tidak bercanda. Mereka yang berdemo membakar karangan bunga itu harus diperiksa kejiwaannya, dan harus segera mendapat terapi kejiwaan yang cukup sebelum dilepas keluar. Karena coba dibayangkan, melihat karangan bunga saja mereka marah-marah, apalagi lihat hal-hal lain.
Polisi tidak bertindak?
Banyak yang bertanya mengapa Polisi tidak bertindak? Jawabannya karena tugas Polisi adalah mengayomi dan melindungi masyarakat. Itulah tugas Polisi. Kalaupun ada kejadian yang mengancam, mereka hanya BOLEH melumpuhkan, bukan menembak mati. Berbeda dengan TNI, mereka tugasnya mempertahankan NKRI.
Dalam kasus karangan bunga dibakar, Polisi sudah benar. Mereka menjaga agar tidak membahayakan warga sekitar. Pertanyaan mengapa membiarkan? Sebenarnya Polisi bertindak untuk memadamkan. Tapi kalau pertanyaannya mengapa tidak mencegahnya dengan sikap preventif? Ya karena memang begitulah tugas Polisi yang saya tau. Inilah mengapa selalu ada kejadian-kejadian anarkis yang merusak benda-benda mati, atau membakar ban, dan Polisi hanya boleh memadamkan atau menghalanginya. Inilah kenapa pada aksi 411 lalu, banyak polisi yang ditusuk dan dipukuli oleh massa, sebab memang tidak boleh melawan.
Selain karena Polisi bergerak sesuai aturan, juga karena untuk menangani orang-orang seperti buruh yang membakar karangan bunga tersebut sebenarnya bukan urusan Polisi. Itu harus psikiater dan dokter yang tangani.
Banyak yang bertanya mengapa Polisi tidak bertindak? Jawabannya karena tugas Polisi adalah mengayomi dan melindungi masyarakat. Itulah tugas Polisi. Kalaupun ada kejadian yang mengancam, mereka hanya BOLEH melumpuhkan, bukan menembak mati. Berbeda dengan TNI, mereka tugasnya mempertahankan NKRI.
Dalam kasus karangan bunga dibakar, Polisi sudah benar. Mereka menjaga agar tidak membahayakan warga sekitar. Pertanyaan mengapa membiarkan? Sebenarnya Polisi bertindak untuk memadamkan. Tapi kalau pertanyaannya mengapa tidak mencegahnya dengan sikap preventif? Ya karena memang begitulah tugas Polisi yang saya tau. Inilah mengapa selalu ada kejadian-kejadian anarkis yang merusak benda-benda mati, atau membakar ban, dan Polisi hanya boleh memadamkan atau menghalanginya. Inilah kenapa pada aksi 411 lalu, banyak polisi yang ditusuk dan dipukuli oleh massa, sebab memang tidak boleh melawan.
Selain karena Polisi bergerak sesuai aturan, juga karena untuk menangani orang-orang seperti buruh yang membakar karangan bunga tersebut sebenarnya bukan urusan Polisi. Itu harus psikiater dan dokter yang tangani.
Penistaan terhadap buruh
Kelompok buruh yang melakukan aksi anarkis dengan bakar-bakar karangan bunga sebenarnya tidak mewakili para buruh secara keseluruhan. Mereka hanyalah orang-orang yang menggunakan nama buruh untuk mencapai tujuan tertentu tanpa takut disalah-salahkan. Samalah seperti aksi bela Islam itu, sebenarnya tidak benar-benar membela Islam. Mereka hanya membela lawan Ahok. Tapi mereka tidak mau disalah-salahkan, sehingga digunakanlah agama Islam, digunakanlah buruh.
Mereka hanya berani berekspresi, tapi takut menunjukkan identitasnya. Bahkan sampai mukanyapun ditutupi. Mereka takut berekspresi menyatakan ketidak sukaannya terhadap Ahok yang mendapat karangan bunga padahal kalah. Mereka terlalu pengecut untuk mengatasnamakan dirinya sebagai pendukung Anies Sandi.
Tapi ada yang lucu, secara tidak sadar mereka mengakui hal tersebut. “Karena UMP tidak naik-naik sampai sekarang. Kita mau lihat bagaimana sikapnya. Ini simbol sebagai bersih-bersih. Ini kekesalan kami yang selama ini tuntutan kami tak didengarkan, masa kalah dengan Bekasi, Karawang, Cikarang. Anies sudah janji, dia tidak mau gunakan PP 78. Sudah ada kontrak politik dengan Anies waktu kampanye. Saya bertanggung jawab atas pembakaran karangan bunga ini. Ini bentuk protes kami atas apresiasi,” ucap Idrus.
Lihatlah betapa lucu dan naifnya jalur pikiran para buruh tersebut. Katanya ini protes karena UMP tidak naik-naik, kemudian kesal, lalu merusak karangan bunga? Sebentar, ini kesal karena UMP tidak naik apa kesal karena Ahok mendapat karangan bunga?
Kalau memang kesal pada Ahok, temui Ahok, tuntut, atau kalau perlu rusaklah Balaikota, ngapain merusak karangan bunga yang dikirimkan oleh masyarakat biasa? Karangan bunga itu sumbangan warga bung!
Lagipula kalian kan sudah menang, Anies Sandi sebentar lagi bakal memimpin Jakarta. UMP kalian bisa naik tinggi, setinggi kandang kambing Firza. Apa susahnya menunggu? Apa perlu pelantikan dan pergantiannya dipercepat saja karena kalian sudah kebelet berkuasa?
Saya tidak tau bagaimana perasaan para buruh yang dieksploitasi sedemikian rupa oleh segelintir orang, tapi yang jelas satu saja pesan dari saya; jika kalian membiarkan, mereka akan terus bertindak gila seperti itu, memanfaatkan kalian untuk kepentingan-kepentingan politik, demi perut dan selangkangan mereka sendiri.
Jika ada pembaca dari kalangan buruh, saya harap kalian mau melawan. Sebab hanya buruhlah yang mampu melawan kelompok buruh. Kalau kami yang bukan buruh melawan dan menuntut dibubarkan, mereka akan teriak ini negara demokrasi. Pemerintah juga tidak bisa melawan buruh ini, sebab nanti dianggap pembungkaman. Untuk itu saya berharap ada kelompok buruh yang bisa melawan kesewenang-wenangan dan kegilaan yang terstruktur, sistematis dan massif ini….begitulah kura-kura.
Kelompok buruh yang melakukan aksi anarkis dengan bakar-bakar karangan bunga sebenarnya tidak mewakili para buruh secara keseluruhan. Mereka hanyalah orang-orang yang menggunakan nama buruh untuk mencapai tujuan tertentu tanpa takut disalah-salahkan. Samalah seperti aksi bela Islam itu, sebenarnya tidak benar-benar membela Islam. Mereka hanya membela lawan Ahok. Tapi mereka tidak mau disalah-salahkan, sehingga digunakanlah agama Islam, digunakanlah buruh.
Mereka hanya berani berekspresi, tapi takut menunjukkan identitasnya. Bahkan sampai mukanyapun ditutupi. Mereka takut berekspresi menyatakan ketidak sukaannya terhadap Ahok yang mendapat karangan bunga padahal kalah. Mereka terlalu pengecut untuk mengatasnamakan dirinya sebagai pendukung Anies Sandi.
Tapi ada yang lucu, secara tidak sadar mereka mengakui hal tersebut. “Karena UMP tidak naik-naik sampai sekarang. Kita mau lihat bagaimana sikapnya. Ini simbol sebagai bersih-bersih. Ini kekesalan kami yang selama ini tuntutan kami tak didengarkan, masa kalah dengan Bekasi, Karawang, Cikarang. Anies sudah janji, dia tidak mau gunakan PP 78. Sudah ada kontrak politik dengan Anies waktu kampanye. Saya bertanggung jawab atas pembakaran karangan bunga ini. Ini bentuk protes kami atas apresiasi,” ucap Idrus.
Lihatlah betapa lucu dan naifnya jalur pikiran para buruh tersebut. Katanya ini protes karena UMP tidak naik-naik, kemudian kesal, lalu merusak karangan bunga? Sebentar, ini kesal karena UMP tidak naik apa kesal karena Ahok mendapat karangan bunga?
Kalau memang kesal pada Ahok, temui Ahok, tuntut, atau kalau perlu rusaklah Balaikota, ngapain merusak karangan bunga yang dikirimkan oleh masyarakat biasa? Karangan bunga itu sumbangan warga bung!
Lagipula kalian kan sudah menang, Anies Sandi sebentar lagi bakal memimpin Jakarta. UMP kalian bisa naik tinggi, setinggi kandang kambing Firza. Apa susahnya menunggu? Apa perlu pelantikan dan pergantiannya dipercepat saja karena kalian sudah kebelet berkuasa?
Saya tidak tau bagaimana perasaan para buruh yang dieksploitasi sedemikian rupa oleh segelintir orang, tapi yang jelas satu saja pesan dari saya; jika kalian membiarkan, mereka akan terus bertindak gila seperti itu, memanfaatkan kalian untuk kepentingan-kepentingan politik, demi perut dan selangkangan mereka sendiri.
Jika ada pembaca dari kalangan buruh, saya harap kalian mau melawan. Sebab hanya buruhlah yang mampu melawan kelompok buruh. Kalau kami yang bukan buruh melawan dan menuntut dibubarkan, mereka akan teriak ini negara demokrasi. Pemerintah juga tidak bisa melawan buruh ini, sebab nanti dianggap pembungkaman. Untuk itu saya berharap ada kelompok buruh yang bisa melawan kesewenang-wenangan dan kegilaan yang terstruktur, sistematis dan massif ini….begitulah kura-kura.
Sumber : seword.com
loading...
0 Response to "Cuma Orang Gila, yang Kalau Lihat Bunga Jadi Emosi Ingin Membakar"
Posting Komentar